Salah satu karakteristik metode perpetual adalah digunakannya kartu persediaan, sehingga kartu persediaan tidak akan anda temukan apabila pencatatan mengggunakan metode fisik. Tujuan dibuatnya kartu persediaan pada dasarnya adalah untuk memantau mutasi barang baik secara kuantitas maupun nominal.
Setiap terjadi mutasi barang meliputi pembelian bahan, retur atas pembelian dan pemakaian atas bahan yang ada digudang harus dicatat dalam kartu persediaan. Sehingga dengan melihat kartu persediaan nilai akhir dari persediaan bahan akan selalu up to date (bandingkan dengan pencatatan metode fisik !).
Secara umum bentuk dari pada kartu persediaan adalah sebagai berikut :
Masalah pencatatan kedalam kartu persediaan tidak akan dibahas pada posting kali ini tetapi akan dibahas tersendiri pada posting dibawah kategori Biaya Bahan Baku.
Pencatatan pembelian bahan, retur pembelian bahan , dan pemakaian bahan dalam proses produksi apabila digambarkan kedalam sebuah diagram akan tampakseperti berikut :
Dari gambar diatas terlihat tanda panah dengan nomor 1 menunjukan aliran pencatatan transaksi pembelian bahan baku, alur tanda panah nomor 2 menunjukan pencatatan transaksi retur pembelian bahan baku dan nomor aliran tanda panah nomor 3 menunjukan pencatatan transaksi pemakaian bahan baku, jika menggunkan kartu persediaan maka dari ketiganya akan diperoleh saldo bahan baku (s) sebesar Rp 900.000,-